Jaga Sehat
Sehat adalah nikmat utama setelah nikmat hidup &
nikmat iman – islam. Nikmat sehat tidak mungkin bisa dirasakan - jika tidak ada
kehidupan; dan nikmat sehat bisa jadi sebab musibah - jika tidak didasari oleh nikmat hidayah Iman
dan Islam. Maka dikenal adanya terminologi populer yaitu “Sehat wal
‘Afiat” yang artinya Sehat yang meliputi jasmani/raga/lahiriah dan ‘Afiat
yang meliputi rohani/jiwa/ batiniah. Itu adalah konsep yang komplit dan terpadu
tentang ihwal pentingnya menjaga kesehatan.
Berikut
beberapa konsep menjaga kesehatan jasmani:
- Bersuci (Thoharoh), artinya menjaga kesucian dan kebersihan diri sesuai tuntunan syar’i. Thoharoh adalah bentuk qurbat (upaya mendekat kepadaNya, bagian dari ta’abbud (ibadah), merupakan kewajiban, & sebagai kunci ibadah. Sabda Nabi SAW : ‘Suci itu sebagian dari iman.
- Makanan halal, baik halal dzatnya maupun halal cara mendapatkannya. Firman Alloh SWT, yang artinya : “Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan; karena sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (Q.S Al Baqarah : 168).
- Berolah-raga. Sebagaimana dalam berbagai hadits disebutkan, bahwa Nabi Muhammad SAW menganjurkan berbagai olah raga, antara lain:
-
“Ajarkan
putera-puteramu berenang dan memanah.” (HR. Ath-Thahawi).
-
“Lemparkanlah (panah) dan tunggangilah
(kuda).” (Riwayat Muslim).
-
“Berlari-lari kecillah kamu” (HR
Bukhari)
Adapun
konsep menjaga kesehatan rohani:
1.
Perbanyak Ibadah Mahdhoh,
yaitu ibadah tertentu yang telah diatur dalam syari’at, seperti ibadah solat,
zakat, dsj. Berbagai ibadah tersebut jika dilakukan dengan niat yang benar dan
ikhlas, maka akan membawa ketenangan hati
yang merupakan sumber /muara kesehatan rohani.
2. Perbanyak
dzikrulloh (mengingat Alloh). Dalam dzikrulloh dikerjakan dalam dua keadaan,
yaitu secara resmi dan secara umum /non resmi. Berdzikir secara resmi adalah
berdzikrulloh dengan cara dan lafazh tertentu, seperti berwirid setelah solat,
ataupun istighotsah berjamaah. Sedangkan dzikrulloh secara umum adalah
mengingat Alloh dalam hati yang bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun.
3.
Berhusnudzon (berbaik
sangka) atau berpikiran positif, baik itu berprasangka baik kepada Allah maupun
sesama manusia. Hal ini sungguh ditekankan oleh Rosulullah SAW agar selalu
berprasangka baik kepada siapapun.Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. Dari Abu
Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah kalian dari buruk
sangka, karena buruk sangka itu sedusta-dusta perkataan (hati). (HR.
Muslim). Hikmah berbaik sangka antar lain dapat mengubah suatu keburukan
menjadi kebaikan, dapat menyelamatkan hati dan hidup kita, membuat hidup kita
lebih legowo, karena Alloh SWT
seringkali menyiapkan rencana yang lebih baik bagi hambaNya.
4.
Ikhlas / berlapang
dada. Secara syar’i manusia dituntut berusaha mendapatkan keikhlasan. Sedangkan
secara hakikat, ikhlas adalah hak mutlak Alloh, sebagaimana diterangkan dalam
sebuah riwayat, bahwa Nabi SAW bersabda:“Aku pernah bertanya kepada Jibril
tentang ikhlas. Lalu Jibril berkata,“Aku telah menanyakan hal itu kepada
Allah,” lalu Allah berfirman, “(Ikhlas) adalah salah satu dari rahasiaku yang
Aku berikan ke dalam hati orang-orang yang kucintai dari kalangan
hamba-hamba-Ku.”.
5. Sabar
dalam segala keadaan, baik sabar dalam menjalankan perintahNya dan sabar dalam
menjauhi laranganNya, sehingga sabar tidaklah identik dengan kemalasan. Berikut
beberapa ta’rif sabar:
-
“Sabar adalah berpegang teguh kepada Alquran
dan Sunnah” (Syaikh
Ibrahim Al Khawash).
-
“Sabar adalah teguh
hati dalam menghadapi segala macam cobaan dengan sikap dan perilaku yang baik”.
-
“Sabar yaitu sikap
tidak mencela takdir. Akan tetapi, sekedar menyatakan keluhan ketika menghadapi
cobaan tidaklah dikatakan menyalahi sifat sabar” ( Syaikh Abu ‘Ali Ad Daqqaq).
6. Syukur
atas segala nikmatNya. Ada tiga tahapan dalam aktualisasi syukur, yaitu:
-
Di hati mengakui
sepenuhnya bahwa segala nikmat yang diterima adalah atas kehendaknya, sedangkan
selainNya hanyalah sebagai perantara.
-
Di lidah mengucapkan
“Alhamdulillah” (Segala puji hanya kepada Alloh), sekalipun secara dhohir ada dihadapan orang
yang memberinya. Kemudian secara syari’at baru mengucapkan syukur kepada
sesama.
-
Dalam perbuatan,
hendaknya segala nikmat tidak digunakan kepada berbagai hal yang tidak
diridhoiNya.
7. Jaga diri dari berbagai penyakit hati seperti
hasud, riya, sombong, thulul-amal, bakhil, ujub dan lain sebagainya.
Bahwasanya dalam menjaga ataupun berupaya mencapai
kesehatan rohani (Tazkiyyatun nufus)
hendaknya disertai guru pembimbing rohani yang benar-benar telah
berhasil dalam pencapaian kesehatan rohani yang disebut sebagai Guru Mursyid
Thoriqoh.






